- Get link
- X
- Other Apps
LAPORAN PRAKTIKUM
GENETIKA TANAMAN

Di susun oleh :
LUTFI NUR KHASANAH
1604020017
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2017/2018
Sabtu, 13 Mei 2017
PERKECAMBAHAN POLEN
A.
TUJUAN
-
Untuk
mengamati perkecambahan serbuk sari
-
Untuk mengetahui
viabilitas serbuk sari pada Bunga Pukul Delapan (Turnera ulmifolia L.)
-
Untuk mengetahui
medium-medium yang digunakan dalam perkecambahan secara in vitro.
-
Untuk mengetahui
prosedur dalam perkecambahan polen secara in vitro.
B.
DASAR
TEORI
Serbuk
sari (polen grain) adalah sebuah sel hidup yang berisi sel kelamin jantan pada
bunga yang terbungkus oleh dinding sel. Dinding
serbuk sari terdiri atas dua lapisan yaitu di bagian luar yang tebal dan
keras di sebut lapisan eksin dan di sebelah
dalam tipis seperti selaput
disebut intin. Pada permukaan eksin terdapat celah atau pori yang di sebut aperture yang dapat di gunakan oleh serbuk
sari untuk jalan keluarnya buluh serbuk sari.
Penyerbukan
merupakan peristiwa pemindahan atau jatuhnya pollen dari anther pada kepala
putik (stigma) baik pada bunga yang sama atau bunga lain yang masih dalam satu
spesies. Jika pollen sesuai (compatible), pollen akan berkecambah pada kepala
putik dan membentuk sebuah tabung pollen yang akan membawa gamet jantan pada
gametofit betina. Suatu senyawa protein tertentu pada awal pembentukan pollen
yang disebut Lectin, terdapat di dalam
exine dan intine. Lectin berperan penting dalam mekanisme mengenali antara
putik-pollen. Namun bila pollen tidak sesuai (incompatible), perkecambahan
pollen akan terhambat atau pertumbuhan tabung pollen akan tertahan dalam
jaringan pemindah.
Pollen
akan segeraberkecambah setelah beberapa menit dilepas oleh anther, bila
ketersediaan dariair, garam anorganik tertentu, termasuk boron dan sumber
energi seperti sukrose cukup. Tabung pollen akan masuk ke dalam stigma melalui
diantara sel-sel jaringan pemindah di dalam stylus dan akhirnya mencapai ovul.
waktu yang diperlukan pollen untuk mencapai ovul antara 12-24 jam. Waktu yang
digunakan untuk proses tersebut setiap spesies tidak sama, seperti pada
Taraxacum diperlukan 15 menit sedangkan pada pohon Quercus memerlukan waktu 14
bulan.
Kepala
putik yang telah masak biasanya mengeluarkan lendir yang mengandung gula dan
zat-zat lain yang diperlukan untuk perkecambahan serbuk sari. Bilamana serbuk
sari jatuh di atas kepala putik, maka dalam keadaan normal akan menyerap cairan
yang dihasilkan oleh kepala putik, kemudian akan menggembung dan berkecambah.
Untuk perkecambahan serbuk sari umumnya diperlukan suhu berkisar antara 15’ C
samapai 35’ C. Pada suhu yang lebih tinggi akan terjadi penguapan sehingga
banyak serbuk sari yang kering. Pada suhu 40’C samapai 50’C banyak serbuk sari
mati. Sebaliknya pada suhu yang terlalu rendah misalnya di bawah 10’C, tidak
ada serbuk sari yang dapat berkecambah. Pada umumnya suhu optimum yang
diperlukan untuk perkecambahan serbuk sari berkisar pada 25’C.
Pemanjangan
tabung pollen adalah tetap untuk setiap spesies. Ketika butir pollen siap
dipencarkan, pollen ini dalam keadaan dormansi dengan kadar air antara 10-15%
hampir mirip dengan biji. Pada Gramineae mempunyai umurpollen yang relatif
pendek, misalnya pollen. Paspalpumakan kehilangan viabilitasnya setelah 30
menit. Kebanyakan pada tanaman berbunga pollen akan mengalami penurunan secara
drastis setelah 12 jam mengalami dehiscence. Namun viabilitas pollen dapat
diperpanjang dalam keadaan artifisial yaitu bila disimpan pada temperature dan
kelembapan yang rendah.
Serbuk
sari yang baik diperoleh dari kuncup bunga yang telah dewasa (hampir mekar).
Pada saat itu ruang sari belum pecah dan berisi penuh dengan serbuk sari dengan
daya tumbuh yang tinggi. Serbuk sari makin lama berada di alam bebas makin
berkurang daya pertumbuhannya sampai suatu saat tidak dapat tumbuh sama sekali.
Kemampuan ini disebut dengan viabilitas serbuk sari.
Viabilitas
serbuk sari dapat diketahui dengan menumbuhkannya secara in vitro dengan
menggunakan medium buatan. Medium yang digunakan ada 2 macam, yaitu medium A
yang terdiri atas 0,5% sukrosa, 20% agar dan 0,001% H3BO3
atau medium B yang terdiri atas 30g/l
sukrosa, 300mg/l Ca(NO3)2, 4H2O, 200
mg/l MgSO4.7H2O, 10 mg/l KNO3 dan 100g/l H3BO3. Namun medium yang paling banyak digunakan
adalah medium A karena mudah dalam pembuatan dan biaya yang dikeluarkan tidak
begitu banyak. Penambahan pada medium dapat mempercepat perkecambahan dan
pertumbuhan buluh serbuk sari. Pembuatan media tumbuh serbuk sari ini pada
prinsipnya disamakan dengan lingkungan dimana serbuk sari itu tersimpan pada
kantong yang ada pada bunga (lingkungan disamakan dengan lingkungan aslinya).
C.
ALAT
DAN BAHAN
-
Alat : mikroskop cahaya
Pipet tetes
Gelas benda dan penutupnya
Gelas beaker kecil
Tusuk gigi
-
Bahan
: serbuk sari bunga pukul 8
Larutan sukrosa
Air
D.
CARA
KERJA
1.
Menyiapkan
alat dan bahan
2.
Meneteskan
larutan sukrosa ke meja benda
3.
Mengambil
serbuk sari dari kepala sari dengan menggunakan tusuk gigi
4.
Meletakkan
serbuk sari ke meja benda yang telah berisi larutan sukrosa.
5.
Menutupnya
dengan gelas penutup
6.
Membiarkan
serbuk sari selama beberapa menit
7.
Mengamati
serbuk sari di bawah mikroskop setiap interval 5 menit selama 30 menit sampai
serbuk sari berkecambah
8.
Mencatat
jumlah serbuk sari yang berkecambah setiap kali pengamatan
9.
Menggambar
pengamatan serbuk sari sesuai dengan apa yang ada di mikroskop.
E.
HASIL
PENGAMATAN
Terlampir
F.
PEMBAHASAN
Praktikum
ini berjudul perkecambahan serbuk sari secara in vitro yang bertujuan untuk
mengamati serbuk sari yang berkecambah secara in vitro. Untuk praktikum ini
objek yang digunakan adalah serbuk bunga pukul 8 yang mekar. Hal- hal yang
dilakukan dalam praktikum ini antara lain mengambil serbuk sari bunga pukul 8
diatas larutan sukrosa dengan menggunakan tusuk gigi pada gelas benda. Pada
saat yang sama langsung menghitung
waktunya selama 30 menit. Setelah 30 menit melakukan pengamatan di bawah
mikroskop apa yang terjadi pada serbuk sari tersebut. Medium yang digunakan
harus mendekati kondisi lingkungan di kepala putik, agar serbuk sari dapat berkecambah dengan baik. Medium
atau larutan yang digunakan yaitu larutan sukrosa dengan konsentrasi 0%., 10%,
20%, 30%. Penggunaan larutan tersebut disesuaikan dengan kondisi kepala putik
yang mengandung gula dan berupa cairan supaya serbuk sari selalu lembab dan
agar serbuk sari dapat berkecambah dengan baik.
Pengamatan
serbuk sari menggunakan mikroskop dilakukan dalam selang waktu 5 menit hingga
serbuk sari tersebut berkecambah dengan ciri munculnya buluh yang merupakan
pemanjangan dari intin yang berada pada dinding serbuk sari. Intin ini akan
memanjang, menembus pada wilayah aperture serbuk sari. Pembentukan buluh sari
ini bertujuan untuk memberikan jalan bagi sel kelamin jantan dapat mencapai
kantong embrio dan terjadi pembuahan dengan sel telur.
Pengamatan
di bawah mikroskop hendaknya tidak dilakukan terlalu lama, hal ini bisa
menyebabkan media pengamatan mengering dan serbuk sari tidak dapat berkecambah
dengan baik, karena mikroskop cahaya menggunakan lampu yang menimbulkan panas
dan bila objek pengamatan terlalu lama diamati, maka kandungan airnya akan
menguap dan menyebabkan objek mengering.
Berdasarkan
praktikum yang dilakukan diperoleh hasil yaitu untuk larutan sukrosa dengan
konsentrasi 0% terdapat 4 serbuk sari atau polen yang sudah berkecambah, hal
ini disebabkan karena serbuk sari bunga pukul delapan (Turnera ulmifolia L.) sudah matang sehingga dapat berkecambah
meskipun dalam medium dengan larutan sukrosa dengan konsentrasi 0%. Namun,
serbuk sari tersebut belum berkecambah dengan sempurna yang menunjukkan bahwa
tahap perkembangannya belum begitu sempurna atau serbuk sari belum matang
sempurna. Dari pengamatan perkecambahan
serbuk sari bunga pukul 8 saat kondisi bunga kuncup pada kelompok kami yaitu
kelompok 6, dan kelompok 2,4,dan 5 dengan konsentrasi 10%, 20%,30% diketahui buluh serbuk sari tidak muncul setelah pengamatan pada
menit ke-15, hal ini kemungkinan terjadi karena bunga masih terlalu muda,
sehingga serbuk sari belum begitu siap untuk melakukan perkecambahan. Faktor
lain yang dapat menyebabkan lambatnya proses perkecambahan serbuk sari di
antaranya karena media yang digunakan kurang sesuai dengan kondisi untuk
berkecambah yang sesungguhnya, seperti terlalu kering. Kemungkinan lain, kami
selaku praktikum mungkin kurang berhati-hati dalam melakukan praktikum seperti
misalnya lupa menutup gelas benda dengan tutupnya sehingga suhu di dalam gelas
benda tidak mendukung untuk perkecambahan serbuk sari. Sehingga, serbuk sari
kurang maksimal dalam berkecambah.
Serbuk
sari yang dapat berkecambah dalam waktu 5 menit dapat dikarenakan serbuk sari
sudah benar-benar masak, sehingga dalam medium yang dibuat hampir sama dengan
kondisi medium di kepala putik serbuk sari dapat segera berkecambah dengan
baik. Kemungkinan yang lain yaitu karena medium buatan mempunyai kondisi yang
sesuai dengan kondisi perkecambahan serbuk sari secara alami, yaitu pada
suasana yang lembab dan suhu yang hangat tetapi tidak panas. Dalam memberikan
kondisi lingkungan lembab tersebut, dilakukan dengan membasahi kertas saring
sebagai dasar atau alas dalam cawan petri dan menutup cawan petri agar air
tersebut tidak menguap keluar, tetapi hanya ada di dalam ruangan biakan
sehingga uap air tersebut dapat memberikan kondisi yang lembab pada medium perkecambahan
serbuk sari. Dan ketika pengamatan dengan mikroskop, kemungkinannya praktikan
tidak mengamatinya terlalu lama sehingga masih dapat mempertahankan kondisi
ruang biakan perkecambahan serbuk sari (di dalam gelas benda) dengan suhu yang
terjaga. Walaupun lampu mikroskop mengeluarkan energi panas, yang dapat
menyebabkan medium kering/tidak lembab dan mempertinggi suhu, bila
pengamatannya hanya sebentar maka tidak begitu mempengaruhi terjadinya
perubahan kondisi yang ekstrim dengan kondisi di ruang biakan perkecambahan
serbuk sari .
Serbuk
sari yang tidak dapat berkecambah, seperti pada kelompok terakhir, dapat
dikarenakan sebuk sari belum masak, sehingga walaupun ditaruh dalam
medium yang hampir sama dengan kondisi perkecambahan alaminya tetap tidak bisa
menghasilkan buluh serbuk sari. Dapat juga dikarenakan serbuk
sari terlalu masak atau terlewat masak, sehingga kemampuannya untuk
berkecambah sudah berkurang atau tidak bisa sama sekali walaupun ditaruh dalam
medium yang sesuai untuk perkecambahannya. Hal lain yang dapat menyebabkan
tidak terbentuknya buluh sari pada serbuk sari tersebut antara lain karena
kondisi medium buatan kurang sesuai atau bahkan tidak sesuai dengan kondisi
perkecambahan alaminya yaitu pada suhu hangat dan lembab atau pun nutrisi yang
diberikan pada medium buatan masih kurang. Ketika pengamatan dengan mikroskop
berlangsung, kemungkinannya praktikan mengamati terlalu lama sehingga panas
yang dihasilkan lampu mikroskop menyebabkan penguapan cairan medium atau di
sekitar medium, sehingga kelembabannya berkurang atau bahkan kering sama
sekali. Panas dari lampu mikroskop ini juga dapat meningkatkan suhu medium,
sehingga kondisinya tidak sesuai untuk berkecambah atau membentuk buluh sari.
Serbuk
sari yang memerlukan waktu yang cukup lama untuk berkecambah, yaitu sekitar 15
menit, dapat disebabkan karena serbuk sari belum benar-benar masak, sehingga
masih membutuhkan waktu untuk pemasakan terlebih dahulu, dan setelah masak maka
serbuk sari dapat berkecambah dengan baik bila kondisi mediumnya sesuai yaitu
dalam suasana yang lembab dan pada suhu hangat serta mempunyai kandungan
nutrisi yang baik. Ketika pengamatan berlangsung, kemungkiannya dilakukan
dengan prosedur yang sesuai dan tidak terlalu lama mengamati di bawah mikroskop
(di luar ruang biakan perkecambahan serbuk sari), sehingga kondisi untuk
perkecambahannya tetap terjaga, dan serbuk sari dapat berkecambah meskipun
membutuhkan waktu yang cukup lama. Lamanya waktu perkecambahan juga dapat
dikarenakan pada awal peletakan serbuk sari pada medium biakan, kondisi medium
tersebut masih belum sesuai dengan kondisi perkecambahan serbuk sari secara
alami di kepala putik, seperti kurang lembab atau suhunya terlalu rendah karena
kelembabannya terlalu tinggi atau bahakan suhunya terlalu panas. Namun
lama-kelamaan kondisi medium tersebut berubah menjadi kondisi yang sesuai untuk
berkecambah, sehingga pada waktunya, serbuk sari dapat berkecambah dengan baik.
Adapun faktor lain yang menghambat perkecambahan
polen yaitu media yang digunakan kurang sesuai dengan kondisi lingkungan untuk
berkecambah yang sesungguhnya. Jadi bunga pukul delapan (Turnera ulmifolia L.) viabilitasnya serbuk sarinya sedang karena
pertumbuhannya di alam bebas masih banyak. Viabilitas polen atau serbuk sari
merupakan parameter yang sangat penting karena polen harus hidup dan mampu
berkecambah setelah penyerbukan agar terjadi pembuahan. Serbuk sari makin lama
berada alam bebas makin berkurang daya pertumbuhannya sampai suatu saat tidak
dapat tumbuh sama sekali. Kemampuan ini disebut viabilitas serbuk sari atau
polen
G.
KESIMPULAN
1.
Perkecambahan
serbuk sari secara invitro adalah perkecambahan serbuk sari pada media buatan,
dimana lingkungan yang ada pada medium itu hampir sama dengan kepala serbuk
sari tempat disimpannya serbuk sari tersebut.
2.
Pertumbuhan
buluh serbuk sari diawali oleh pemanjangan intin yang menembus aperture dimana
pada intin terdapat inti vegetatif dan dua intigeneratif.
3.
Viabilitas
perkecambahan serbuk sari dipengaruhi oleh suhu dankelembapan lingkungan, serta
kelengkapan nutrisi yang sesuai untuk membentuk buluh serbuk.
4. Serbuk sari (pollen grain) adalah sebuah sel hidup yang berisi sel kelamin
jantan pada bunga yang terbungkus oleh dinding sel.
5. Perkecambahan
serbuk sari secara invitro adalah perkecambahan serbuk sari pada media buatan,
dimana lingkungan yang ada pada medium itu hampir sama dengan kepala serbuk
sari tempat disimpannya serbuk sari tersebut.
6. Kemampuan
viabilitas serbuk sari atau polen yaitu serbuk sari makin lama berada alam
bebas makin berkurang daya pertumbuhannya sampai suatu saat tidak dapat tumbuh
sama sekali.
7. Pertumbuhan
buluh serbuk sari diawali oleh pemanjangan intin yang menembus apertura dimana
pada intin terdapat inti vegetatif dan dua inti generatif.
8. Serbuk
sari bunga pukul delapan (Turnera
ulmifolia L.) yang diberikan larutan sukrosa dengan konsentrasi 0% terdapat
4 serbuk sari atau polen yang sudah berkecambah, hal ini disebabkan karena
serbuk sari bunga pukul delapan (Turnera
ulmifolia L.) sudah matang sehingga dapat berkecambah.
9. Serbuk
sari bunga pukul delapan (Turnera
ulmifolia L.) yang diberikan larutan sukrosa dengan konsentrasi 10%, 20%,
dan 30% serbuk sari tidak berkecambah.
10. faktor
penghambat perkecambahan polen antara lain yaitu karena serbuk sari bunga pukul
delapan yang digunakan belum masak, dan saat melakukan pengamatan perkecambahan
serbuk sari tetap diletakkan di bawah bidang pandang mikroskop dengan lampu
menyala, sehingga suhu terlalu panas dan menghambat perkecambahan serbuk sari.
H.
DAFTAR
PUSTAKA
Jumiarto, Achmad Zulfa dan Juwono, 2002, Biologi
Sel. Jakarta: EGC
Mangoendidjojo, W. 2003. Dasar-dasar Pemuliaan Tanaman. Yogyakarta: Kanisius.
Pai, Anna C. 1992. Dasar-dasar Genetika. Bandung:
Erlangga
Tjien Kiaw. 1991. Genetika Dasar Jurusan. Biologi.
Bandung: ITB
- Get link
- X
- Other Apps
Comments
Post a Comment